Sabtu, 13 Desember 2014

Takdzim



Raja tanpa mahkota
Duduk bersama kaum proletar
Berdiri mereka sama tinggi
Tanpa mengenal kasta

Kesederhanaannya lugas,
Memanipulasi..

Berkali kau getarkan suara
Dan beresonansi

Meneer..
Rakyatmu takdzim




Pasrah



Ronce titian tlah kau tetapkan
Tanpa berikan dinda pilihan
Leher tercekat nafas tersengal
Manakah dinda harus ikuti
Ingin jadi apa
Atau ingin membuat apa

Idealisme membuai,
Pragmatisme melerai,
Katamu.

Pengertian..adalah alasan!

Minggu, 14 September 2014

Tertatih-tatih

umurku 11 tahun
aku suka kedelai
adikku yang pertama suka tahu
dan adikku yang kedua suka susu
sedangkan ibuku suka tempe,
ayah...juga suka tempe, sih
tapi ayah dan ibu hari ini makan ampas tempe.

umurku 16 tahun
kebetulan ayah baru dapat gaji
ayah membelikan kami ayam potong untuk menu makan hari ini
aku suka dada ayam
adikku yang pertama suka paha ayam
dan adikku yang kedua suka sayap ayam
sementara ibukku lebih suka bagian kepala dan kaki ayam
ayah, telurnya saja yang beliau makan. entah sejak kapan ayah suka telur, aku tak tahu. tapi, beliau makan telur hari itu.

sekarang, umurku 22 tahun
aku sudah dewasa dan butuh aksesori untuk berdandan
adikku yang pertama butuh ponsel baru untuk foto-fotoan
tak lupa, adikku yang kedua juga butuh jersey baru untuk futsalan
dan ibuku juga pasti butuh perhiasan baru untuk arisan
ayah, beli bensin saja ya, untuk mengantar kami berempat jalan-jalan?

tanpa sadar....

sekarang, sudah sadar?

Pelajaran Senja

Apa yang hendak kukatakan di depan seorang raja
Yang mengungguli semua raja dari segala semesta

Kalilah wa Dimnah-halaman xii

Telah banyak perbendaharaan kata. Di langit, di bumi.
Tak juga aku mengerti
Telah banyak Kau memercikkan air di muka ini, muka yang sedang tertidur pulas
Namun aku tak kunjung bangkit dan bangun
Membasuh muka

Aku, yang beterbangan di langit
Lupa menginjak bumi

Aku lupa jika suatu hari bumi akan menyatu dengan langit
dan aku, menyatu dengan tanah

Senja hampir datang
Kucoba buka mata buka telinga
Sedikit malu

Bergidik bulu romaku
ketika menyadari kehadiranMu

Tamsil-tamsilmu...

Kau, menyindirku dengan telak !

Sabtu, 12 April 2014

Dia Terjaga

Darah kami berdua sama
Tapi kami tinggal di tempat berbeda
Aku sang penitip nasib
Dan dia sang penjamin nasib
Sementara Dia, sang pengubah nasib

Apa yang kami berdua punya, sama
Nol besar baris berjejer bak tentara
Bedanya…
Nol milikku di depan, dan nol miliknya di belakang

dia bilang aku sedang tertidur
tertidur saat dia menina bobokkanku
dia berkata aku dibawah ketiaknya
ketiak kaum modal, katanya

keringatku, terkucur disana
tapi mama bilang tak apa
Langit akan runtuh esok hari, kata Dia

Sanjung Puji tuk Sang Permaisuri

Satu nyamuk hinggap di pipi kiri
Tolong ditampar agar segera sadar
Dua nyamuk menggigit ibu jari
Tolong diajari agar mengerti
Tiga nyamuk menempel di tangan
Tolong diberikan pelajaran
Empat nyamuk bertengger di kaki
Oh sungguh, benar-benar tidak tahu diri
Lima nyamuk mati

Baiklah, sahaya pergi

Kamis, 02 Januari 2014

Catur

aku hanya bisa berjalan di kotak hitam atau putih
bukan warna lain di papan kayu
persegi itu
kuanggap jalan buntu jika itu abu-abu

biar saja pion lain berjalan terlebih dahulu
selanjutnya....aku !

tapi, aku, bukan ratu ?
ah..mati, pikirku
kukira sekak pada akhirnya
namun kau bilang satu babak lagi tersisa
lalu harus kusebut apa permainan ini?